dance the night away.
jiandra & kale: one-shot au. part of 'love formula' universe.
CW // harsh words , slight kissing.
Pada malam itu, di area Aula SMA Lentera Bangsa, ada sebuah acara dansa; atau biasa disebut Prom Night. Banyak sekali murid-murid yang mendatangi acara tersebut. Termasuk Revaleaz, tentunya.
Jiandra sebelumnya memberi pesan kepada kekasihnya melalui ponselnya. Ia mengajak Ale untuk menjadi pasangannya saat acara dansa. Sayangnya, Ale tidak ingin ikut karena Ia tidak begitu menyukai keramaian. Seperti itulah rasanya mempunyai kekasih seperti Ale.
Untuk acara hari ini, Ia menggunakan atasan kaos putih serta jaket kulit berwarna hitam dan celana jeans. Jian terlihat tampan sekali pada malam ini.
Ia memasuki Aula tersebut, melihat banyak sekali orang-orang di dalamnya yang sedang berbincang-bincang ataupun menari. “Woy, Jian! Di sini!” sahut Jendra, yang sedang berkumpul bersama anggota Revaleaz lainnya. Jian langsung berjalan ke arah mereka. “Muka lo asem bener.. kenapa lo?” tanya Haidan, menyadari raut wajah Jian yang tidak terlihat senang. “Gara-gara pacarnya kali,” celetuk Arjuna.
“Hah? Lo berantem sama Ale?”
“Bukan, tolol. Dia kaga mau ikut acara hari ini, tapi yaudahlah ya?”
Haidan menepuk-nepuk bahu Jian, “Semangat bro—eh, itu bukannya Ale?” Mereka semua menoleh ke belakang, melihat wujud laki-laki dengan pakaian yang keren, tapi juga unik. Dalam sekejap, Jian langsung berlari ke arahnya dengan sebuah senyuman yang perlahan mengembang.
Ale, manusia yang paling indah. Lelaki itu menggunakan atasan berwarna hitam dengan bawahan celana jeans, serta jaket bermotif kotak-kotak diikat di pinggangnya; terlihat seperti menggunakan rok juga. Perpaduan pakaiannya terlihat sangat menarik perhatian. Terutama menarik perhatian kekasihnya, Jiandra.
“A-ale..? Kamu..”
“Kenapa? Aneh ya?”
“E-engga sama sekali! You look so beautiful.. and cute too,“
Ia menggenggam tangan kekasihnya dan tersenyum riang. Rasanya bahagia sekali. “Ayo semuanya berkumpul! Waktunya kita menariiii!” seru pembawa acaranya, lalu iringan musik terdengar begitu kencang, membuat para murid reflek menari. Saat Jian ingin menarik Ale ke area tengah Aula, Ia menghentikannya. “Kenapa Le?” tanya Jian. “Aku.. nggak mau jadi pusat perhatian, Ji..” jawab Ale. “Yaudah, gapapa. Mau di luar aja?” tanya Jian, memberikan senyuman kecilnya. Sebagai jawaban, Ale mengangguk pelan.
Mereka meninggalkan Aula dan pergi ke taman sekolah. Tidak begitu jauh letaknya, sehingga mereka masih bisa mendengar suara musik dari dalam gedung Aula.
Genggaman tangan Jian pada Ale masih ada. Membuat Ale sedikit tersipu melihatnya. Perbandingan tangan Jian dengan Ale itu sangat besar. Seperti harimau dan kucing. Tetap menggemaskan, sih. “Ale,” panggil Jian secara tiba-tiba. “Kenapa?” tanya Ale. “Liat deh ke atas, langitnya cantik. Banyak bintang hari ini,” ucap Jian, menunjuk ke arah langit.
“Kaya kamu,” ucap Jian. “Maksudnya?” tanya Ale dengan raut wajah yang terlihat bingung. “Iya, kaya kamu. Cantik, indah, ganteng juga hahaha,” lanjutnya sembari terkekeh. Pipi Ale memerah dalam sekejap. Membuat Jian semakin gemas dengannya.
Tiba-tiba, terdengar sebuah alunan piano yang terdengar dari dalam Aula. “Lagu ini.. kesukaan aku,” ucap Ale. “Kenapa bisa?” tanya Jian, basa-basi saja. “Dulu, Abang aku suka banget mainin lagu ini di piano. Judulnya 'Clair De Lune, L. 32', biasanya aku bisa langsung tidur kalau Abang main lagu ini hahaha,” lanjutnya, mengingat saat-saat Abangnya masih ada di sampingnya.
Jian tersenyum, namun hatinya sedikit tergores karena melihat kekasihnya yang masih sangat rindu dengan saudaranya. Akhirnya, Ia beranjak dari bangku tersebut dan menunduk sedikit; sembari menawarkan tangannya. “Ngapain?” tanya Ale. “Wanna dance with me?” tawar Jian. Ale menerima tawarannya, Ia memegang tangan Jian dan ikut berdiri.
Sebenarnya, Ale kurang mahir untuk menari seperti ini. Jian bisa menari karena Ia sempat berlatih sebelumnya, untuk berjaga-jaga saja. Ternyata latihannya berguna juga.
Tangan kanan Jian memegang pinggang Ale, dan tangan kirinya menggenggam tangan kanan milik Ale. Lalu, tangan kanan Ale berada di pundak Jian. Mereka mengambil langkah-langkah kecil, mengikuti irama lagu tersebut. Tempo demi tempo, mereka ikuti dengan langkah-langkah kecil.
Rasanya seperti berada di acara dansa kerajaan. Indah sekali.
Langit malam ini melengkapi situasinya. Dengan bintang-bintang yang menghiasi langit malam dan Bulan sebagai cahaya utama, membuat suasananya menjadi begitu manis dan romantis bagi mereka berdua. Jarak wajah mereka sangat dekat hingga Ale dapat merasakan hembusan nafas Jian.
Suatu saat, Jian menatap Ale begitu dalam. “N-ngapain liatin a-aku begitu?” tanya Ale, Ia malu. “Cantik,” puji Jian. “Aku ganteng juga!” celetuk Ale. Jian tertawa kecil dan kembali mengambil langkah, mengikuti tempo lagu.
“Ale,”
“Apa?”
“Boleh cium kamu?”
Pipi Ale berubah merah seperti tomat. “Kok malu siii?” tanya Jian. “Y-ya.. lagian kamu pakai acara nanya! G-gimana aku nggak m-malu coba..” ucap Ale, lalu menunduk malu. Jian terkekeh melihat tingkah Ale yang menggemaskan baginya. “Jadi.. boleh nggak nih?” tanya Jian. “Iya.. boleh.”
Mereka berhenti berdansa sementara. Tangan Jian mengangkat dagu Ale, perlahan wajahnya mendekat. Kedua bibir mereka pun bertemu secara lembut. Bibir Jian yang kering, terasa di bibir Ale. Ciuman itu tidak berlangsung lama, karena takut jika ada yang melihat mereka berdua. Entah itu guru ataupun murid sekolah.
Sebuah senyuman langsung tertampak jelas di wajah kedua sejoli itu. Mereka tampak sekali menikmati malam ini.
Setelah alunan lagu dari piano itu selesai, keduanya tidak kembali duduk; tetapi berjalan-jalan sedikit di area taman sekolah. Tak ada lagi yang berbicara, mereka hanya bergenggaman tangan sembari jalan.
“Jian,”
“Hm?”
“I really enjoyed this night, and aku juga mau minta maaf.. soalnya kamu nggak bisa ikut acara di dalam, malah keluar sama aku disini,”
Jian menghentikan langkahnya dan membuat dirinya sejajar dengan kekasihnya. Ia menggelengkan kepalanya, “Don't say sorry, okay? I also enjoyed this night more, because I'm with you.” Lalu, Ia mengusap-usap rambut Ale secara perlahan. “Seriusan, gapapa?” tanya Ale. “Iya sayang, gapapa,” ucap Jian. Kekasihnya ini memang kadang terlalu mencemaskan hal yang tidak begitu penting.
Namun, itu tugasnya untuk membantu mengubah kebiasaan buruk itu. Tiba-tiba, Jian menarik Ale ke pelukannya. “Tiba-tiba banget?” tanya Ale. “Biar kamu nggak ilang,” ucap Jian. “Emang aku anak kecil?” tanyanya lagi. “Bukan sih, tapi mirip.”
“Dasar tinggi.”
“Biar gampang jagain kamu.”
Ale mendecak kesal, tetapi Jian hanya tertawa kecil. Menurutnya, Ale tambah gemas saat dia sedang merasa kesal atau ngambek. Mungkin karena itu, Jian sangat sering menjaili Ale.
“Tapi Jian..”
“Kenapa lagiii?”
“Kamu sesayang itu sama aku?”
Jian mengangguk, “Iya lah! Buktinya aja.. aku nggak nyerah sampai berhasil bikin kamu jadi pacar aku. Aku sesayang itu sama kamu, Ale.”
“Kalau gitu, aku sayang kamu lebih!”
“Hahaha, gemesnya!”
written by kalacaffe.