give me attention!
casts: mark as mabel & jeno as jekala. | pair: markno. genre: teen-romance, fluff.
CW // slight kissing, harsh words.
Tiririinggg! Tiriririrnggg!
Bunyi alarm membangunkan diri Jekala. Tangannya meraih alarm tersebut, lalu mematikannya. “Udah jam berapa sih?” Begitu Ia melihat waktu, nafasnya langsung tercegat. “ANJIR! JAM SEMBILAN? BUSET HARUS BURU-BURU!”
Inilah Jekala. Seorang siswa kelas 12 IPS, yang sebenarnya tergolong murid normal. Namun, hari ini... Ia sedikit telat untuk masuk sekolah. Jekala juga mempunyai kekasih, yaitu Mabel. Juga merupakan siswa kelas 12, tetapi masuk jurusan IPA.
Keduanya tinggal di dalam satu rumah; pemberian sang Nenek-nya Jekala. Biasanya, Mabel selalu membangunkan Jekala supaya tidak telat. Tetapi mengapa hari ini tidak?
“Sial ah! Mana gua kagak dibangunin!” gerutu Jekala sembari memakai seragamnya dengan cepat. Setelah selesai semuanya, Ia langsung mengambil tas sekolahnya dan lupa untuk sarapan karena faktor waktu yang terlalu padat.
Tidak ada motor karena dipakai kekasihnya—jadi Ia menggunakan sepeda untuk ke sekolah. Kasihan sekali.
Sesampainya di sekolah, Jekala langsung memarkirkan sepedanya dengan asal dan langsung berlari ke arah kelasnya. “Here we go...” Kalian tahu rasanya bagaimana di tatap oleh satu kelas saat kalian sendiri telat? Ya, itu sangat memalukan. Dan sialnya, Jekala mengalami hal tersebut.
Kakinya mengambil langkah perlahan, memasuki kelas secara diam-diam agar tidak dipergok oleh guru yang sedang mengajar. “Cepetan duduk sini!” bisik teman bangkunya, Aji.
Untungnya, sampai pelajaran selesai pun tak ada guru satupun yang menyadari ketelatan Jekala pada hari ini. Lumayan, sedang hoki.
Tetapi keberuntungan itu tidak berlangsung lama. Ketika jam istirahat datang, Jekala mendatangi kelas kekasihnya karena... ingin berbicara saja—dan rindu, tentunya.
“Permisi... ada Mabel nggak di sini?” tanya Jekala kepada salah satu murid kelas IPA itu. “Mabel? Nggak ada di sini, kalau nggak salah dia ke kantin, La.” Jawabannya membuat Jekala sedikit malas, akan tetapi Ia tetap berusaha mencari Mabel.
Jekala berjalan-jalan lagi, hingga sampai di kantin. Matanya melihat ke sana-sini, mencari keberadaan lelaki tampan itu. “Bingo! Akhirnya ketemu juga.”
Ketika menemukan Mabel, Ia langsung berjalan ke arahnya dengan senyuman yang lebar. “Mabel!” panggil Jekala.
Rupanya, kekasihnya itu sedang sibuk sendiri bersama teman-temannya. Lebih tepatnya, teman-teman OSIS. Ah! Iya, Mabel juga merupakan siswa yang rajin dan ramah terhadap semua orang. Sampai-sampai Ia dipilih menjadi Ketua OSIS tahun ini oleh para murid-murid—bahkan guru.
Bukannya Jekala tidak suka, Ia menjadi merasa terabaikan oleh Mabel. Seakan-akan prioritas Mabel sekarang adalah OSIS, rapat OSIS, program OSIS—pokoknya semua yang berhubungan dengan OSIS. Jekala juga turut senang untuknya, kok.
Hanya... dirinya sekarang adalah sang kekasih Mabel. Ia juga berhak mendapatkan perhatian dan waktu untuk berdua, 'kan?
“Mabel,” panggilnya lagi. “Iya, kenapa sayang?” jawab Mabel. Akhirnya Ia mendapatkan respon. “Kita bisa ngobrol sebentar nggak? Aku—”
“Sebentar ya, sayang. Aku ngurusin ini dulu. Nanti aku baru bisa sama kamu. Is that okay?“
Lagi-lagi OSIS.
“Okay, fine. Semangat.”
Tak sampai satu menit, percakapannya antara dirinya dengan Mabel selesai. Bahkan kata 'terima kasih' pun tidak keluar dari mulut Mabel.
Karena tidak ada yang bisa Ia lakukan lagi di sini, dirinya keluar dari kantin untuk berjalan-jalan tanpa tujuan yang jelas. “Sesibuk itu kah? Sampai nggak ada waktu buat gua yang bahkan pacarnya sendiri,” batinnya.
Jekala hanya bisa menghela nafas dan sabar dengan keadaan. Ia setidaknya mencoba mengerti kesibukan Mabel. Walaupun sedikit menimbulkan rasa jengkel dan sedih.
Sudah waktunya untuk pulang. Jekala mengambil tas sekolahnya, lalu keluar dari bangunan tersebut. Ia menengok kesana-kemari mencari sosok keberadaan sang kekasih. Namun hasilnya nihil.
Dengan rasa untuk panjang menyerah, Jekala menelepon kekasihnya itu; mengajaknya pulang bersama.
“Kak?”
“Iya, kenapa Kal?“
“Pulang bareng yuk? Ini juga udah gerimis, aku agak takut pulang sendiri...”
”...”
“Halo, Kak?”
“Eh—iya sayang, kamu pulang sendiri dulu ya? Kakak masih ada sedikit urusan di sini. Maaf ya, sayang?“
”...Oke. See you later, Kak. Aku tutup telponnya.”
Tut!
Jekala mendongakan kepalanya ke atas, melihat langit yang berubah menjadi sedikit gelap. Rintikan hujan juga sudah mulai menurun, sedikit membasahi tubuh Jekala. Ia menghela nafas panjang.
“Capek.”
Satu kata, seribu makna. Itulah yang hanya Ia rasakan saat ini. Bukan bermaksud berlebihan, Jekala hanya ingin mendapatkan atensi dan afeksi dari kekasihnya—seperti dulu.
Setelah itu, Jekala menaiki sepedanya dan mengendara hingga kembali ke rumahnya. Ralat, rumahnya dan Mabel.
Saat sampai, Ia memasuki rumahnya dengan raga yang sudah lesu dan lelah. Jekala memasuki kamarnya dan berganti baju sebelum tidur di atas kasur kesayangannya.
Bruk!
Kakinya terbentur meja. “Ah! sakit,” Ia meringis pelan sembari mengusap-usap kakinya. Sehabis itu Ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur sebelum memasuki dunia mimpi.
Krekkk!
Mabel memasuki ruangan kamarnya yang sebenarnya Ia berbagi dengan kekasihnya, Jekala. Mendekatkan diri secara perlahan-lahan, supaya tidak membangunkan kekasihnya yang menggemaskan itu.
Ia berganti baju, lalu duduk di sebelah Jekala. “Maaf sayang, maaf... Maaf karena nggak ada waktu buat kamu, maaf Kakak nggak bisa nemenin kamu ke mana-mana. Maafin Kakak ya? Kakak sayang kamu,” ucapnya sembari mengusap-usap surai Jekala dengan lembut.
Setelah mengucapkan hal tersebut, Jekala bergerak perlahan; menandakan bahwa Ia tak sengaja terbangun. “K-kak Mabel...?”
“Iya, sayang? Maaf kalau Kakak nggak sengaja bangunin kamu,”
“Nggak kok, kak. Aku kangen banget sama kakak...”
“Kalau gitu sini peluk Kakak.”
Jekala menaikkan tubuhnya sedikit agar dapat memeluk orang yang Ia rindukan beberapa hari ini. Harumnya tetap sama. Membuat dirinya semakin jatuh cinta terhadap Mabel.
Mabel memeluk pundak Jekala dengan erat, lalu memberi kecupan-kecupan ringan pada keningnya. “Maafin Kakak ya?” pinta Mabel. “Iya, Kak. Aku maafin. Tapi kasih aku kiss dulu,” ucap Jekala.
Cup!
Tanpa lama, Mabel langsung memberikan kecupan manis pada bibir Jekala. Ia tersenyum melihat kekasihnya yang senang berada di pelukannya. “Udah?” tanya Mabel. “Bentar, satu lagi.”
Cup!
Sebuah kecupan mendarat di bibir Mabel. Kali ini, dari Jekala. “Hehe, udah. Suka nggak?” tanya Jekala. “Suka, suka banget. Kakak suka kalau dicium kamu.” Ucapannya membuat hati Jekala semakin berdegup dengan kencang.
“Kalau gitu... Kakak mau sering-sering aku cium?”
“Mau banget dong,”
“Oke deh, deal ya!”
“Deal. Gemes banget sih sayangnya Kakak!” puji Mabel seraya menyubit hidung kekasihnya dengan lembut.
Keduanya tertawa renyah sembari menikmati malam yang hangat ini. Berbagi pelukan dan candaan. Hanya untuk mereka berdua. “Kak, tidur yuk?” ajak Jekala, yang sudah merasa kantuk.
“Ayo. Kamu udah ngantuk 'kan?”
“Udah, hehehe. Good night Kak Mabel sayang!”
“Good night too, my little prince.“
written by kalacaffe.