i'm stuck with u.

'lovehate' bonus chapter. haidan & arjuna.

CW // slight kissing, harsh words.

“Woy, Haidan! Juna!” sahut Jiandra dari ujung lorong. Kedua lelaki yang terpanggil itu menoleh ke arah Jiandra. “PEJE MANA PEJE!” sahut Jendra, yang berada di sebelah Jiandra. “Kita tunggu di kantin!” sambung Alen dengan sahutan juga. Haidan dan Arjuna pun hanya menghela nafas karena kelakuan sahabat-sahabatnya itu.

Haidan menoleh, “Temen-temen lo bukan sih?”

“Bukan, kagak kenal gue mah,”

Mereka berdua tertawa kecil, tetapi pada akhirnya juga menuruti permintaan sahabat-sahabat mereka. Haidan berjalan duluan, dengan Arjuna yang mengikuti di belakangnya. Lalu, tiba-tiba Haidan menghentikan langkahnya. Membuat Arjuna bingung. “Kenapa?” tanyanya. Tangan kanan Haidan meraih tangan Arjuna dan menggenggamnya erat.

“Bocil harus di gandeng, biar nggak hilang,” ledek Haidan. “Kentut lo,” celetuk Arjuna. Tapi Ia tak munafik, digenggam oleh kekasihnya itu membuat perutnya diisi oleh kupu-kupu.

Sesampai di kantin, ketiga sahabatnya sudah duduk di sebuah meja bundar. Ketika mereka melihat pasangan baru itu, mereka langsung menghampirinya. “Mau apa lo bertiga? Jangan yang mehong-mehong,” ucap Haidan. “Gua mau cilok dua bungkus,” ucap Jiandra, lalu menyengir.

“Lo?” tunjuk Arjuna kepada Jendra. “Cireng sebungkus,” jawab Jendra. “Gue bolu kukus dua aja,” ucap Alen. “Yaudah, satu-satu ye,” ujar Haidan.

Kedua sejoli itu mengitari seluruh meja yang penuh dengan makanan-makanan. Mereka membeli semua yang diminta oleh sahabat-sahabatnya itu. Pajak jadian adalah suatu hal yang harus dilaksanakan di Revaleaz ini. Menjengkelkan, tetapi.. itu sesuatu yang membuat persahabatan mereka menjadi seru.

“Ini punya Jian, Jendra sama Alen. Tuh ambil aje,” ucap Arjuna, menunjuk tiga buah kantung plastik yang di taruh di atas meja tersebut. Ketiga sahabatnya itu tersenyum riang dan langsung memakan santapan masing-masing. “Bilang apa lo semua sama kita?”

“ICHI NI SAN NYA! ARIGATOOOO!” seru mereka bertiga dengan kompak. Karena suara mereka keras, ketiganya menarik hampir semua perhatian murid-murid yang berada di kantin itu. “Yaudah gih makan,” ucap Haidan. Arjuna hanya bisa menghela nafas dan memutar bola matanya dengan malas. Ia harus sabar menghadapi sahabat-sahabatnya ini.

“Mau?” tawar Jian, menawarkan kantung plastik berisi ciloknya.

“JIJIK BANGSAT!”

“Ya maap.. santai ngapa dah,”


Kini, sudah waktunya untuk pulang dari sekolah. Seluruh anggota Revaleaz sedang merapikan meja mereka. “Lo semua pada langsung pulang nih?” tanya Alen. “Gue kagak, mau mampir ke rumah Juna dulu,” jawab Haidan. Ia sengaja menggoda kekasihnya. “Dih, emang gue ijinin?” tanya Arjuna. “Tanpa ijin juga udah tau boleh,” balas Haidan.

“Udah anjir jangan gelut di sini. Jian, lo sama Ale ya?”

“Ho'oh, wajib itu mah Len,”

“Bucin bener lo pada!”

Haidan dan Arjuna selesai membereskan meja mereka duluan. “Gue pamit ye!” sahut Haidan sembari menggenggam tangan Arjuna. Keduanya keluar dari gedung sekolah tersebut dan menaiki motor masing-masing untuk ke kos-kosan Arjuna.

Sebenarnya, Haidan ingin kekasihnya untuk membonceng motornya. Tapi.. karena Arjuna membawa motornya sendiri, Ia tak mungkin mengajaknya melakukan hal itu.

Tak perlu waktu yang lama, mereka sampai di depan kos milik Arjuna. Masing-masing memarkirkan motor terlebih dahulu. Ketika sudah terselesaikan, kedua sejoli itu memasuki bangunan tersebut. “Kamu kenapa tiba-tiba mau ke sini?” tanya Arjuna, seraya melepaskan sepatunya. “Kangen sama kamu lah, kenapa lagi coba kalau bukan?” balas Haidan.

“Eh, pakai aku-kamu nih jadinya? Hahaha,”

“Terserah,”

“Yaudah, ganti-ganti aja kalau gitu. Biar nggak bosen,”

“Iya dah,”

Arjuna serta Haidan pun memasuki kamarnya. Mereka berdua sempat diam mematung. “Mau ngapain?” tanya Haidan. “Gue.. mau ganti baju dulu bentar di kamar mandi,” jawab Arjuna, Ia langsung mengambil baju ganti. “Oke-oke, jangan kelamaan,” ucap Haidan.

Karena sedang menunggu kekasihnya yang sedang berganti baju, Ia berselonjor di atas kasur Arjuna; sembari bermain game di ponselnya. Ia cepat bosan, maka dari itu.. Ia sangat suka memainkan benda pipih tersebut.

Beberapa menit kemudian, Arjuna sudah selesai berganti baju. Ia melihat kekasihnya yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. “Dan,” panggilnya. Tidak ada respon. “Haidan,” panggilan kedua kalinya. Arjuna menaiki kasurnya dan duduk di sebelah kekasihnya itu.

“Haidannnn,” ketiga kalinya Ia memanggil. Arjuna mendecak kesal. Padahal Ia sedang membutuhkan perhatian dan afeksi saat ini. Tetapi, kekasihnya malah tidak memperhatikannya. “Sayang,” panggilnya lagi. Ia melihat Haidan membeku. Kedua ibu jarinya sudah tidak bergerak.

Haidan langsung mematikan ponselnya dan melihat kekasihnya yang indah rupa itu. “Kamu panggil aku apa tadi?” tanya Haidan untuk memastikan pendengarannya. “Nggak jadi,” ucap Arjuna, Ia sudah terlanjur kesal. “Please ulang lagi, yaaa?”

“Sayang,” ulang Arjuna. Haidan langsung memegang kedua bahu Arjuna, membuat kekasihnya untuk menatap kedua matanya. Ia memajukan wajahnya, lalu..

Cup!

Sebuah kecupan manis mendarat tepat di bibir lembut Arjuna. “Aku suka kalau kamu panggil aku begitu,” ucap Haidan. “Gemes soalnya,” lanjutnya sembari tersenyum. Di sisi lain, jantung Arjuna sudah berdetak tak karuan lagi. Membuat kedua pipinya berubah menjadi warna ke-merahan.

“Nggak usah malu-malu itu, sini cuddle,” ucap Haidan. Ia bersender di headboard, lalu merentangkan kedua lengannya. Tanpa lama, Arjuna langsung mendekat dan bersender di dada kekasihnya. Bahkan, hingga Ia bisa mendengar detak jantungnya.

Haidan merangkul dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya untuk mengelus-elus rambut halus milik Arjuna. “Jun,” panggil Haidan. “Apa?” tanya Arjuna, Ia mendongak untuk melihat wajah kekasihnya.

“Tumben rambut kamu wangi,” goda Haidan.

“Rambut gue mah selalu wangi!”

“Iya deh cillll,”

Tiada hari tanpa beradu mulut di dalam hubungan mereka. “Dan,” panggil Arjuna. “Hm?” balas Haidan. “Tangan kamu bersih nggak?” tanya Arjuna. “Tadi habis minta ciloknya Jian sih,” jawab Haidan. “Idih, jauh-jauh sana! Jijik,” ucap Arjuna. “Bercanda cil. Gue lebih suka lo daripada cilok, santai aja,” ucap Haidan.

“Cil,”

“Apa lagi?”

“Mau cium dong,”

“Males, kamu bau,”

“Hina banget dah,”

“Bercanda,”

Arjuna menaikkan tubuhnya sedikit, supaya Ia dapat menyampai wajah Haidan. Ia memberikan kecupan singkat di bibir kekasihnya. Maklum, masih baru-baru ini. “Satu lagi boleh nggak?” Haidan memohon. “Fine,” ucap Arjuna. Kedua bibir mereka pun bertemu lagi. Sebuah ciuman yang singkat, namun manis. Candu juga.

“Udah ya?” tanya Arjuna. “Iyaa, udah. Makasih cil,” ucap Haidan, seraya mengusap-usap surai kekasihnya dengan gemas.

Tiba-tiba, Arjuna memposisikan dirinya untuk duduk. Hal itu membuat Haidan seidkit terkejut dan kebingungan. “Kenapa? Something wrong?” tanya Haidan. “Aku mau..” ucap Arjuna dengan ragu-ragu. “Mau apa?” tanya Haidan. “Mau... nggak jadi deh,”

“Bilang aja, gapapa,”

“Mau.. pang..”

“Apa?”

“Mau pangku,”

Kedua mata Haidan terbelak lebar. “Kamu mau aku pangku? Is that what you want, babe?” tanya Haidan untuk memastikan. Arjuna hanya mengangguk perlahan. Ia merasa sangat malu, padahal permintaannya tidak berat. “Sini,” ucap Haidan. “B-beneran.. gapapa..?”

Haidan tersenyum. “Gapapa sayang,”

Arjuna dengan malu-malu, Ia pindah duduk di pangkuan Haidan. Kedua mata mereka bertemu. Jujur saja, saat ini.. Haidan sudah tidak kuat. Jantungnya tidak kuat untuk menerima semua ini dalam sekejap. “Mau peluk?” tawar Haidan. “Mau..” jawab Arjuna. Ia paham; bahwa kekasihnya sedang dalam mode manja.

Akhirnya pada malam itu, keduanya berpelukan hangat. Sungguh nyaman. “Jun,” panggil Haidan. “Kenapa?” tanya Arjuna. “Kamu gemes banget kalau begini,” puji Haidan. “Hadeh,” balasnya. “Seriusan tau! Aku suka lihat kamu manja, hahaha,” ucap Haidan. Ia menepuk-nepuk punggung lelaki mungil itu dengan perlahan.

“Haidan,”

“Iya?”

“Ternyata, I feel so happy with you.

Hey.. you're the reason why I smile, Jun.

written by kalacaffe.