love at first sight.

casts: jaemin as noval & renjun as rean. pair: jaemren. genre: fluff, teen-romance.

CW // harsh words, slight kissing.

“Sial, hari Senin.”

Baru saja matahari terbit, Noval sudah merasa frustasi karena Ia harus melakukan kewajibannya sebagai Kakak. Lelaki itu beranjak dari tempat tidurnya dan langsung bersiap-siap sebelum membangunkan adiknya untuk sekolah—hari pertamanya pula.

Setelah dirinya sudah merasa rapi, Noval berjalan ke arah kamar Adiknya. Perlahan-lahan mendekati gadis kecil tersebut. “Lala, bangun yuk? Takutnya kamu telat buat first day of school loh,” ucap Noval sembari mengusap-usap surai Adiknya.

Cala, sang gadis kecil yang merupakan Adik kandung dari Noval. Berumur 5 tahun dan sudah ditinggal oleh kedua orang-tuanya. Akhirnya, mereka berdua harus hidup berdua tanpa orang-tua di sebuah rumah kecil; punya sang Kakak. Noval juga baru saja lulus SMA dan Ia masih berpikir untuk kuliah di mana. Bahkan mungkin, Ia tidak akan kuliah—karena faktor masalah finansial.

Noval sudah bertekad untuk membiayai adiknya. Yang Ia pedulikan hanya Adiknya seorang. Dirinya sendiri? Mungkin tidak. “Iya Kak... But give me 5 more minutes...” rengek sang Adik. “Nggak. Atau mau Kakak tinggal?” ancam Noval, sambil menahan tawa.

Adiknya pun langsung bangun dari tidurnya setelah mendengar hal itu. Ia sangat tidak ingin ditinggali Kakaknya. Cukup orang-tuanya saja. “Ih, Kakak mah! Jangan gitu, Lala takut tau!” gerutu Cala, yang berburu-buru membereskan kasurnya. Rean tertawa dan berkata, “Bercanda doang. Habis beresin kasurnya langsung pakai seragam kamu ya? Udah Kakak siapin tadi malem, tinggal ambil aja di gantungan pintu kamar mandi.”

“Makasih Kakak!” seru Cala. Sang Kakak keluar dari kamar Adiknya untuk membuat sarapan di dapur. Ia menyiapkan sebuah sereal dan jus jambu, kesukaan Cala. “Oke, sekarang harus bikin makanan siang. Huh...” ucapnya sendiri, lalu diikuti dengan helaan nafas.

Beberapa menit kemudian, seorang gadis kecil keluar dari kamarnya; memakai seragam serta kaos kaki. “Kakak! Lihat Lala coba!” panggilnya. Lalu Noval melihat ke arah adiknya. “Lala udah kelihatan cantik belum?” tanya Cala sembari berputar, yang membuat roknya ikut berputar bak putri kerajaan.

Kakaknya langsung tersenyum dan mengangguk. “Cantik kok. Lala selalu cantik,” puji Noval. Pujiannya membuat Cala tersenyum gembira. “Yuk sini makan dulu, terus nanti Kakak bantu rapihin rambut kamu,” ucap Noval. “Ciaappp!” seru Cala, Ia langsung duduk di kursi meja makan.

Melihat Adiknya memakan sarapannya dengan lahap membuat hatinya merasa tenang. Selama kedua orang-tuanya tidak ada, Noval benar-benar tersiksa. Ia harus bekerja demi adiknya dan dirinya saat masih sekolah. Kini, untungnya Noval punya waktu untuk beristirahat sejenak dan dapat merawat Adik kesayangannya. Finansial mereka juga sudah lumayan stabil jika dibandingkan dengan dulu.

“Udah selesai?” tanya Noval, seraya menutup tas makan siang yang sudah diisi penuh. “Udah, hehehe,” jawab Cala. Sebuah senyuman tertampak jelas di wajah tampan sang Kakak lagi. Ia mengambil mangkuk dan gelas yang sudah kosong, dan ditaruh ke dalam mesin pencuci piring. Lalu, Noval mengambil sebuah sisir dan karet rambut.

Ia berdiri di belakang Adiknya dan mulai menyisir rambut panjang itu. “Harus yang cantik ya! Jangan yang jelek,” perintah Cala. “Hahaha, iya Lala.” Kakaknya hanya menuruti apa kata Adiknya. Noval pun langsung mengikat rambut panjang itu menjadi satu kepangan di tengah. Terlihat sangat rapi dan cantik untuk dilihat.

“Jadi! Gimana? Suka nggak?” tanya Noval, memberikan sebuah cermin. Cala mengamati penampilan barunya, dan tak lama kemudian Ia memberikan senyuman yang lebar. “Lala suka! Makasih Kak, Lala sayang Kakak!” seru Cala, yang setelah itu memeluk erat Noval. Lelaki tinggi tersebut membalas pelukan sang Adik, “Sama-sama. Yaudah, bentar lagi telat nih. Kita berangkat sekarang, oke?”

“Oke!”


Kini, di depan sekolah baru Cala. Tempatnya tidak terlalu besar, terlihat hanya memiliki sekitar dua lantai. Namun tidak apa-apa, kabarnya sekolah itu adalah sekolah yang bagus. Terutama guru-gurunya, karena mereka sangat baik dan ramah terhadap anak-anak.

Adik dan Kakak tersebut pun turun dari mobil. Noval menggenggam tangan kecil Adiknya supaya tidak hilang. Ia berjalan menuju dalam sekolah, hingga ke depan pintu kelasnya. “We're finally here! Udah siap belum?” tanya Noval, menundukkan tubuhnya sedikit. “Kak...” panggilnya.

“Kenapa Dek?”

Lala is scared...

Why? Kamu bisa ketemu temen-temen yang baru loh! Eh, itu gurunya dateng.”

Sang guru menghampiri mereka berdua dengan senyuman ramah. “Halo! Saya Noval, Kakaknya Cala. Dia katanya agak takut buat masuk kelas, bisa tolong?” tanya Noval. “Hai! Saya Rean, gurunya di kelas ini. Bisa, tapi saya ijin ngomong ke Cala dulu ya.”

Demi Tuhan! Jantung Rean mulai berdegup dengan kencang ketika menatap wajah guru itu. Kelihatannya lelaki itu tidak jauh umurnya dari Noval. Masih terlihat sangat muda. Cara Ia berbicara juga sangat menggetarkan hati. Entah apa yang dirasuki Noval, rasanya ingin berbicara lebih dengan Rean.

“Halo Cala! Kamu bisa panggil aku Kak Rean!”

“H-halo Kak Rean...”

I really like your hair! Siapa yang bikin?”

“Kakak Noval.”

“Ah... cantik kok! Mau masuk nggak sama Kak Rean?”

Noval juga mencoba membujuk Adiknya agar Ia dapat masuk ke kelas itu. Sedikit sulit, karena Adiknya adalah penakut dan tidak mudah lepas darinya. Namun, usaha tidak mengkhianati hasil. Setelah berkali-kali mencoba, Cala akhirnya ingin masuk ke dalam kelas barunya itu.

“Maaf kalau merepotkan,” ucap Noval. “Gapapa. Saya permisi dulu ya! Kita bisa ngobrol nanti lagi kalau kamu mau,” balas Rean. “Siap. See you later then,” ucap Noval dengan senyumannya yang membuat dirinya seratus kali lebih tampan. Tampaknya Rean juga ikut tersenyum karenanya.

Sembari menunggu Cala selesai sekolah, Noval membeli dua americano untuk dirinya dan Rean. Namanya juga usaha 'kan? Bisa saja Ia berhasil dalam waktu yang singkat. “Semoga dia suka minum kopi,” batinnya.


4 jam kemudian...

Hampir saja Noval tertidur saat menunggu Adiknya bersekolah. Ia pun langsung berjalan ke arah depan kelas TK-B yang sudah lumayan ramai dengan ibu-ibu para murid. “Eh, kamu ganteng juga,” puji salah satu Ibu di situ. Membuat Noval sedikit terkejut. “Makasih Bu,” ucap Noval dengan senyuman canggung.

“Kamu mau saya jodohin sama anak saya nggak? Anak saya yang perempuan itu cantik banget loh. Dia barusan aja lulus SMA.”

“Erm... Bu? Maaf.”

“Kenapa? Seriusan, anak saya cantik banget! Kayanya cocok deh sama kamu.”

“Bu... Maaf sebelumnya, tapi saya nggak tertarik sama perempuan...”

Ucapannya barusan membuat wanita tersebut terkejut secara maksimal. Sampai-sampai wanita itu memegang dadanya dan mencoba bernafas perlahan-lahan. Noval hanya bisa tersenyum canggung dan kembali menunggu Adik kecilnya; sembari menghiraukan ibu-ibu tadi.

Ketika pintu kelasnya terbuka, sang Adik langsung berlari ke arah Kakaknya. “Hey, gimana sekolahnya? Seru?” tanya Noval. Cala mengangguk secara antusias. “Seru banget! Tadi Kak Rean juga lucu, dia juga baik banget sama Lala. Katanya, Kakak keren,” ucap Cala. “Widih, bagus dong! Emang iya dia bilang gitu?”

“Iyalah! Masa Lala bohong sama Kakak... Nanti tanya aja coba ke Kak Rean sendiri, pasti bener!”

“Hahaha, iya cantik. Sekarang kamu mau main di playground dulu atau langsung pulang nih?”

“Mau main dulu! Lala sekarang punya temen juga tau.”

“Siapa tuh?”

“Namanya Bella, Kak.”

“Terus, sekarang dia di mana?”

“Udah di playground! Makannya Lala sekarang mau ke sana.”

Noval hanya mengangguk dan tersenyum. Ia juga akhirnya mengantarkan Cala ke tempat bermain, yang berada di luar gedung sekolah. Tepat di depannya. Noval mencari sebuah bangku, lalu meminum kopinya lagi. Tak lama kemudian, seseorang menghampiri dirinya dan duduk di sebelahnya.

Orang tersebut adalah Rean. Sang guru dari kelas TK-B, yaitu kelasnya Cala. “Hai! Saya duduk di sini, gapapa 'kan?” tanya Rean. “Oh, gapapa kok! Silakan, duduk aja,” ucap Noval. “Kita pakai selain saya-kamu aja ya? Biar nggak terkesan kaku, hahaha,” lanjutnya. “Boleh. Mau pakai gue-lo atau aku-kamu?” tanya Rean, sembari menatap kedua netra Noval.

“Aku-kamu aja. Gue-lo terkesan terlalu kasar,” jawab Noval, memberikan senyumannya. “Oke kalau begitu,” balas Rean.

Beberapa menit kemudian diisi dengan kesunyian dan kecanggungan. Noval dan bahkan Rean, tidak tahu harus membahas topik apa. Sampai akhirnya Noval membuka suara. “Oh iya, ini kopi untukmu. Masih lumayan hangat,” ucap Noval sembari memberi gelas berisi americano. “Makasih Noval.”

“Erm... Noval?”

“Ya? Kenapa?”

“Adik kamu gemes,”

“Makasih! Tapi Rean...”

“Hm?”

“Menurut aku, kamu lebih gemes,”

Melihat wajah Rean yang berubah sedikit memerah membuat dirinya tertawa kecil. Mengapa bisa ada manusia se-gemas ini? Rasa ingin memiliki Rean menjadi lebih tinggi. Noval menatapnya lagi, tepat di kedua netra indah milik Rean. “Jangan tatap aku kaya gitu,” ucap Rean, lalu membuang wajahnya. Ia merasa tersipu.

“Hahaha, gemesnya.” Padahal, kedua lelaki itu baru saja saling mengenal beberapa jam yang lalu. Mereka sudah terlihat seperti pasangan. Lebih tepatnya, terlihat seperti orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama. “Rean, coba lihat aku,” pinta Noval.

Rean pun menuruti permintaannya. Ia melihat Noval dengan kondisi yang masih... tersipu malu. Jantungnya juga berdetak dengan amat kencang saat ini. “I think I fell for you at first sight,” ucap Noval. “Jadi, do you want to go out with me, Rean?

“Sebentar!”

“Kenapa?”

“Perut aku...”

“Sakit? Mau ke rumah sakit aja?”

“Nggak... Rasanya kaya ada kupu-kupunya gitu.”

Lagi-lagi Noval merasa ingin memeluk lelaki itu dengan erat. Terlalu menggemaskan hingga Ia tidak kuat. “Rean,” panggilnya. “Apa?” tanya Rean. “Boleh peluk kamu?” tanya Noval. Ia perlu ijin terlebih dahulu, supaya tidak membuat Rean tidak nyaman dengannya.

Untungnya, Rean mengangguk. Noval perlahan mendekat, lalu menarik Rean perlahan ke dalam pelukannya. Sampai Rean dapat menghirup harumnya parfum yang digunakan Noval. “Jadi gimana?” tanya Noval. “Apanya?” tanya Rean balik. “Jawaban yang ajakan tadi.”

“Ya, aku mau.”

Begitu mendengar jawaban dari Rean, Noval melepas pelukannya dan memegang kedua bahu Rean. Ia juga memberikan senyumannya yang lebar. “Beneran?” tanya Noval. Rean mengangguk sebagai jawaban. Tak lama kemudian, Noval memeluknya lagi.

Rean tidak bisa menahan senyumannya lagi. Ia ternyata bisa merasakan kebahagiaan dari orang yang hampir se-umuran dengannya—selain dari anak-anak muridnya. Sudah lama juga Ia tidak merasakan pelukan yang erat dan hangat seperti yang diberikan oleh Noval sekarang.


Ketika hari sudah mulai memudar terangnya, Noval menjemput Cala dan mengajaknya pulang. Hingga di depan gerbang sekolah, Ia bertemu dengan Rean lagi. Tidak bisa Ia sembunyikan fakta bahwa dirinya selalu otomatis tersenyum bila melihat Rean.

“Hai, Rean!”

“Hai! Udah mau pulang ya?”

“Iya, kasihan Adik aku kalau pulang kemaleman. Kamu sendiri nggak pulang juga?”

“Belum... masih ada rapat bareng guru-guru lainnya.”

“Ohh, gitu. Yaudah, aku pamit dulu ya!”

Saat Noval ingin berjalan kembali ke arah mobilnya, tangannya ditarik oleh Rean; yang membuat langkahnya berhenti. “Ada apa?” tanya Noval. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Rean. Aneh.

Cup!

Kedua bibir mereka bertemu, walaupun singkat. Tapi sebentar... Rean baru saja mengecupnya? Apakah ini sebuah mimpi? Jika iya, tolong segera bangunkan Noval. Ia bisa menjadi lebih gila nanti.

O-okay, bye Noval! See you tomorrow!

B-bye! Bye Rean! See you!

Dan inilah, kisah awal kedua remaja ini dimulai.

“Ih, Kakak! Lala juga mau cium Kak Rean tau!”


written by kalacaffe.