true love.

*CW // kissing, harsh words.**

Begitu Arjuna sampai di taman tersebut, Ia memarkirkan motornya terlebih dahulu di bagian tempat parkiran. Ternyata, di situ juga ada motor milik Haidan yang berwarna putih. “So.. he's here too? Udah dari tadi? Buset,” batinnya. Sedikit terkejut karena biasanya, Haidan suka telat.

Ia memasuki area taman itu, melihat-lihat sekitarnya. Ada banyak pohon-pohon, bermacam-macam tanaman, bahkan ada banyak kucing yang berkeliaran. Namun, Ia sedikit bingung. Mengapa taman ini.. terlihat begitu sepi? Hampir tidak ada satu orang pun di tempat. Hanya ada petugas tadi di dekat parkiran.

Arjuna akhirnya berjalan-jalan kesana-kemari, hingga Ia mendongakan kepalanya ke atas. “Wah..” ucapan tersebut reflek keluar dari mulutnya. Melihat langit malam hari ini, ternyata ada banyak sekali bintang-bintang yang seperti mendekorasi langit kosong itu.

Bersinar dengan sangat indah.

Tiba-tiba, Ia teringat sesuatu. Saat Haidan menanyakan harapan terbesarnya. Ia menjawab, “jalan-jalan di taman pas malam, apalagi kalau bintangnya lagi banyak. Pasti bikin tenang banget dah, adem juga.” Jawaban itu sebenarnya bukan yang tepat. Memang, salah satu harapannya adalah melakukan hal tersebut. Tetapi, harapan paling terbesarnya adalah.. perasaannya terbalas oleh Haidan.

Saat itu.. Ia tidak berani mengatakannya. Masih sedikit merasa tidak yakin dengan perasaannya. Tapi seiring waktu berjalan, perasaannya menjadi semakin jelas. Bahwa Ia mencintai Haidan. Sepenuhnya.

Karena kakinya sudah merasa lumayan lelah, Ia mencari sebuah bangku untuk beristirahat sejenak. “Haidan ke mana sih?! Dari tadi.. apa gue pulang aja ya?” monolognya. Jujur, Ia merasa kesal karena teringat lagi tujuannya ke tempat ini. Tak ada tanda-tanda keberadaan Haidan.

Yaudahlah, gue jalan-jalan aja dulu bentar, siapa tau dia lagi ke toilet atau lagi beli apa gitu,” pikirnya. Ia langsung beranjak berdiri dari bangku tersebut dan kembali berjalan-jalan di sekitar area taman.

Suasana malam ini sangat sunyi dan tenang. Seperti semua makhluk hidup sedang beristirahat dengan nyenyak. Tak lama kemudian, Ia bertemu dengan seekor kucing yang sedang berjalan-jalan dengan tenang.

Ia menghampiri kucing itu, lalu berjongkok supaya bisa mengelus-elusnya dengan hati-hati. “Gemes banget,” ucapnya. Sebuah senyuman mengembang di wajahnya. Arjuna sangat menyukai kucing, menurutnya.. mereka adalah salah satu makhluk hidup yang perlu dijaga dan disayang.

Kucing itu tampak menyukai Arjuna. Sungguh membuat hati Arjuna meleleh dengan begitu cepat.

“Kamu kalau aku bawa pulang, mau nggak?” tanya Arjuna, masih mengelus-elus kepala kucing tersebut. “Nggak jadi deh, takutnya kamu nggak dirawat dengan baik. Kapan-kapan aja yaa?” lanjutnya. Ia mengisi waktunya dengan menemani kucing liar tersebut; yang sangat menggemaskan.

Karena merasa dirinya sudah cukup puas, Arjuna pun kembali melanjutkan langkahnya. Sesampainya di sebuah pohon, dengan ayunan yang digantunginya. Ia menghampiri ayunan tersebut dan mendudukinya dengan hati-hati.

Dengan reflek, kakinya mengayuh perlahan, ke arah depan dan belakang; sembari menikmati malam yang sunyi ini.

“Haidan ke mana coba..”

Tiba-tiba, ada sebuah iringan gitar terdengar yang mendekati dirinya. Arjuna terkejut. Seseorang mulai bernyanyi dan pemilik suara itu.. tidak asing lagi. Itu adalah Haidan. Laki-laki yang sudah Ia tunggu dari tadi.

Kata pujangga Cinta itu luka yang tertunda Walau awalnya selalu indah Bila bukan jodohnya Siap-siap 'tuk terluka..

Haidan berjalan ke hadapan Arjuna, seraya bernyanyi dan memainkan gitar. Arjuna masih sedikit terkejut dengan keberadaan Haidan yang tiba-tiba muncul dari belakangnya.

Lebih baik bangun cinta Daripada jatuh cinta Jatuh itu sakit Bangun itu semangat

Sebuah senyuman kini tertampak jelas di wajah Arjuna. Melihat orang yang dicintainya dengan bernyanyi untuknya adalah suatu hal yang membuatnya semakin cinta dengan orang tersebut.

Lebih baik bangun cinta Daripada jatuh cinta Meski tak mudah Namun cinta Jadi punya tujuan

Begitu Haidan selesai bernyanyi untuk orang yang dicintainya, Ia menaruh gitarnya di bawah pohon, lalu memegang kedua tangan Arjuna dengan lembut. Ia menatap kedua mata Arjuna, “Jun.. Gue udah dari lama suka sama lo. Eh maksud gue, cinta sama lo. Jadi.. lo mau bangun cinta sama gue nggak?”

Tanpa lama-lama lagi, Arjuna langsung mengangguk dan tersenyum lebar. Harapan terbesarnya sudah tercapai.

Ibu jari Haidan menyapu bibir milik Arjuna dengan perlahan. “May I..?” tanya Haidan, meminta ijin. “Boleh,” jawab Arjuna. Kedua bibir mereka pun bertemu. Dengan penuh rasa kupu-kupu di perut masing-masing. Haidan menggiggit bibir bawah Arjuna sebagai ijin untuk melakukan ciuman. Arjuna memberikan ijin, membuat Haidan langsung menelusuri mulutnya.

Tangan Haidan mengangkat kedua tangan Arjuna, menuntunnya untuk melingkari lehernya. Setelah sesi tersebut selesai, keduanya mengambil nafas karena stok oksigen mereka sempat habis tadi.

Pipi Arjuna langsung berubah menjadi merah seperti tomat. Itu membuat Haidan langsung mencubit pipinya dengan rasa gemas. “Nggak usah cubit-cubit lo,” celetuk Arjuna. “Biarin, kan lo udah jadi milik gue sekarang, wleee~” goda Haidan.

“Lo lama banget dari tadi anjir,”

“Maaf, tadi gue nge-stem gitarnya dulu,”

“Yaelah,”

“Pasti capek ya? Utututu bocil gemes,”

“Bacottt!”

Seperti itulah kisah mereka. Tetap diisi dengan keributan, walaupun sudah jadian. Tidak apa-apa, itu membuat perjalanan mereka menjadi lebih seru dan tidak membosankan.

“Gue sayang lo, Jun.”

“Gue sayang lo lebih, Dan.”

written by kalacaffe.