we got your back.

CW // violance.

Sehari telah berlalu, sekarang Jian sedang berdiam di dalam kelasnya. Tidak seperti biasa—harusnya Jian langsung mencari Ale dan teman-temannya—tetapi kali ini Ia berbeda.

“Woy!”

Suara itu membuat Jian terkejut dan sadar kembali ke realitas. Ia sudah bengong di situ selama lima belas menit, tidak berkutik sekalipun. “Anjing!” reflek Jian, “Maaf le, gua kaget,” lanjutnya sambil tersenyum polos. Lelaki yang duduk di depannya tertawa kecil melihat respons Jian. “Lagian, lo kenapa bengong?” tanya Ale. “Ada masalah lagi?”

Jian mengangguk pasrah dan menghembuskan nafas berat. Dengan keadaan seperti ini, jantung Jian menjadi berdetak begitu cepat dari biasanya dan nafasnya menjadi tidak teratur. Ale langsung paham dengan situasi Jian, tangannya meraih tangan milik Jian—sebagai bantuan supaya lelaki itu dapat menjadi lebih tenang.

Thanks, Ale.” ucapnya tersenyum. “Anytime. Just tell me if you have any problems, okay?” balas Ale dengan suaranya yang lembut.

Seketika langit berubah menjadi sedikit gelap, mungkin karena mendung. Tiba-tiba Jian teringat sesuatu yang penting.

Astaga! Gua lupa ada janji sama kak mahesa, anjing banget dah!

“Maaf le, gua harus cabut dulu, ada urusan mendadak. See you later, ya!” sapa Jiandra yang langsung beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan kelas itu. Jujur saja, Jian merasa sedikit gelisah karena dua hal. Pertama, karena dia barusan meninggalkan Ale sendirian di kelas. Kedua, karena dia harus menghadapi Mahesa dan kawan-kawannya.

Langit yang tadinya begitu cerah menjadi suram. Air hujan pun jatuh dan menjadi deras. Jian sedikit kesulitan mengendarai motornya akibat hujan deras hari ini, tetapi Ia tetap mencoba sebisa mungkin.

Tibalah Ia di belakang sekolah Mahesa—dinding yang begitu tinggi, gerbang yang besar dan megah, serta beberapa siswa-siswi di situ yang bisa dibilang.. kaya raya—Jian mencoba menghiraukan itu semua dan fokus terhadap tujuannya.

“Hampir telat lo,” ucap seorang laki-laki yang tidak jauh tinggi dengan Jiandra. “Sendirian nih?” tanya Jian. “Hahaha, mau yang lebih seru?” balas Mahesa, memperlihatkan senyum miringnya. “Keluar lo semua sini!” perintah Mahesa, dan kawan-kawannya yang tadi mengumpat di belakang pun keluar.

“Udahlah anjing, cukup basa-basi. Sini maju lo pada,” seru Jian, tak mau kalah dengan Mahesa. Satu persatu maju dan mereka saling memukul, menendang, menyerang serta melempar. Hingga tak ada satu pun yang tidak babak belur.

Tiba di saat Jian sudah merasa tidak kuat lagi, tubuhnya sekarang tergeletak di aspal. “Udah nyerah belum lo?” tanya Mahesa dengan kakinya yang menginjak dada Jian. Di bawahnya, Jiandra tidak ingin kalah tetapi keadaannya sekarang sudah begitu lemah.

“Mending lo nyerah—”

Bugh!

Sebuah tonjokan mendarat di wajah Mahesa yang mengakibatkan dirinya terjatuh ke aspal. “Jian! Lo gapapa?” tanya seseorang. “Heh, goblok! Lo punya mata atau kaga? Jian udah babak belur, lo tanyain gituan.. gimana dah,” balas Arjuna.

Ternyata itu adalah ketiga sahabatnya. Jendra, Haidan dan Arjuna tiba di tempat tersebut untuk menolong Jiandra.

Don't worry, we got your back, Jian.

Jiandra tersenyum melihat teman-teman dari kecilnya itu datang. “Sini gua bantu duduk disana,” ucap Haidan sambil membantu Jian berdiri. “Makasih dan,” balas Jian.

Di sisi lain, Jendra dan Arjuna melawan kelompok teman-temannya Mahesa. Jendra memiliki kekuatan dan stamina yang begitu banyak, membuat lawannya kewalahan. Kalau Arjuna, Ia memiliki kemampuan untuk berpikir dan bertindak cepat, sehingga membuat lawannya kalah cepat dengannya.

Sudah lebih dari 30 menit mereka saling berkelahi satu dengan lainnya, mengakibatkan tubuh mereka memiliki banyak luka.

Untungnya, teman-teman Jian memenangkan perkelahian ini. “Mending kita pergi aja sa, gue capek.” ujar salah satu temannya Mahesa. Dengan berat hati, akhirnya mereka pergi meninggalkan lapangan.

“Maaf gua bikin kalian babak belur gini,” ucap Jendra, merasa bersalah lagi. “It's okay Jen, ini demi band kita dan bunda lo juga,” balas Jian dengan suara serak. “Mending lo semua pulang, udah gelap gini. Mana hujan tadi juga,”

Semuanya setuju dan balik ke rumah masing-masing dengan keadaan kurang baik. Semoga saja, kali ini bisa menjadi pelajaran bagi kedua pihak.

KALACAFFE.