what should haidan do?
a very short narration.
CW // harsh words.
Haidan sudah sampai di kost-nya, sekarang Ia tinggal menunggu teman-temannya untuk datang. Sedikit lama, karena teman-temannya itu suka sekali datang tidak tepat waktu. Biasalah, sudah dari jaman mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Tok! Tok! Tok!
Sebuah suara ketukan pintu terdengar. Sepertinya teman-temannya sudah datang. Ia membuka pintu tersebut, dan memperlihatkan teman-teman se-bayanya itu. Haidan mempersilakan mereka semua untuk masuk ke dalam rumah. “Kelamaan ah lo semua,” ucap Haidan. “Ya maap, disuruh bantuin Bunda dulu gua mah,” balas Jiandra. “Kalau lo berdua?” tanya Haidan kepada Jendra dan Alen.
“Gua sama dia macet di jalan,” ucap Alen. “Ohh.. lo berdua berangkat bareng nih ceritanya? Cieeee~” goda Jian. “Bacot Jian,” celutuk Jendra. “Berarti bener Ji, Hahaha,” ucap Haidan.
“Eh iya, lo kenapa nyuruh kita buat ngumpul di sini? Terus, Juna mana?” tanya Jendra. “Wah parah lo, temen sendiri kagak diajak,” goda Jian, sengaja memanas-manaskan Haidan. “Dih, dengerin gue dulu. Jadi gini bro, gue berencana mau nembak seseorang,” ucap Haidan. “Gue udah ada ide sih, tapi gue butuh beberapa saran dari kalian juga,” lanjutnya.
Teman-temannya terdiam sesaat. “Coba tuh, tanya yang udah jadian,” ucap Alen sembari menunjuk Jian. “Ya.. gimana ya.. orang yang mau lo tembak siapa? Si Juna?” tanya Jian. Haidan mengangguk pelan, merasa sedikit malu. “Menurut gua, lo coba nembak dia pakai cara.. itu, di tempat yang dia suka mungkin? Atau ngelakuin hal yang dia udah dari lama mau?”
“Iya tuh, gua setuju sih. Juna kan orangnya simple, nggak suka yang terlalu ribet.. jadi mungkin lo nembak pakai cara yang sederhana aja,” sambung Jendra. “Selagi lo anak band juga, mungkin lo bisa coba nyanyi buat dia? Pakai instrumen musik apa gitu, selain drum,” ucap Alen.
Setelah semua teman-temannya memberi saran dan ide, Haidan mulai berpikir kembali. Ia menata semuanya di dalam pikirannya. “Boleh juga tuh! Lo pada pinter bener kalau soal ginian, giliran matematika aje.. jeblok semua anjir,” ucap Haidan. “Bilang makasih atuh, udah dibantu!” sahut Jian. “Iya iya, makasih kawan-kawanku yang tersayang,” ucap Haidan, sengaja dibuat dramatik.
Mereka semua berbincang-bincang sedikit lagi, hingga Haidan merasa sangat terbantu dengan ide-ide mereka. Tiba-tiba, Haidan menanyakan sesuatu kepada Jendra dan Alen. “Lo berdua kapan mau jadian?” tanya Haidan. “Tau tuh, PDKT-an mulu lo berdua! Nggak seru wuuu,” ucap Jian.
Kedua orang yang sedang ditanyai itu hanya tersenyum dan tertawa ringan. Mereka masih sedikit malu kalau membahas soal hubungan percintaan. Jendra dan Alen sedang di tahap saling mencari tahu satu dengan yang lainnya.
“Btw, jangan lupa PJ-nya Dan. Gua tunggu lo,” ucap Jiandra. “Gua juga mau PJ-nya Dan,” ucap Jendra. “Eitsss, gue juga!” ucap Alen. Haidan hanya mengangguk pasrah dengan kemauan teman-temannya yang dari kecil itu. Pasrah sudah.
“Oh iya, Ji,”
“Apa?”
“Gue pinjem gitar lo boleh kan ya?”
“Gitar yang akustik? Mau pinjem kapan?”
“Ho'oh. Pinjem sore ini. Apa lo bawa gitar lo?”
“Gua bawa tuh, pinjem aja.. tapi jangan lupa balikin,”
“Sip lah, thanks sob,”
Entah apa yang sedang direncanakan lelaki itu. Semoga saja berhasil, ya?
written by kalacaffe.