when you're sick.
jiandra & kale: one-shot au. | pair: jichen. part of 'love formula' universe.
CW // medicines, slight kiss.
Jiandra, yang sedang bersantai di kamarnya menjadi panik ketika Ia melihat tweet kekasihnya, bahwa Ia sedang sakit. Jian langsung bergegas mengganti pakaiannya dan menyalakan motornya. Di perjalanan, Ia sempat mampir sebentar ke suatu apotek untuk membeli beberapa obat untuk kekasihnya itu.
Sudah jam sembilan malam, jadi hawanya lumayan dingin. Untungnya, Jian memakai hoodie kesayangannya supaya tidak kedinginan. Beberapa menit kemudian, Jian sampai di depan rumah Ale yang besar itu. Tak pernah sekalipun Ia tidak terkejut melihatnya.
Ia memarkirkan motornya terlebih dahulu, lalu berjalan ke arah pintu rumah. Jian menghela nafas sebelum menekan bel.
Ding dong!
Pintu rumah Ale pun terbuka. Memperlihatkan seorang wanita paruh baya; tetapi.. itu bukan Mama dari Ale. “Halo, siapa ya?” tanya wanita tersebut. “Saya pacarnya Ale..” jawab Jian.
“Oh! Iya, silakan masuk dek, saya pembantu di sini. Baru saja pulang dari kampung saya, maaf bikin kamu kaget dek,” ucapnya. “Eh, iya gapapa! Ale-nya.. ada di mana ya, Mbak?” tanya Jian. “Ada di kamarnya dek, masuk aja gapapa. Orang-tua Ale lagi pergi kerja juga,” jawab Mbaknya.
“Sip dah, Mbak! Tenang aja, saya udah kenal orang-tuanya Ale kok. Sudah dapet restu juga Mbak, hahaha,” ucap Jian sembari tertawa ringan. “Widihh! Nanti jangan lupa sebar undangannya ke saya ya? Hahaha,” balasnya. “Itu mah pasti Mbak. Yaudah, saya ijin nengokin pacar saya dulu ya, Mbak. Permisi,” ucap Jian.
Setelah berbincang-bincang dengan pembantu di rumah Ale, Jiandra menaiki tangga; menuju ke kamar milik Ale. Ia sebenarnya tidak pernah melihat kamar Ale, jadi Jian hanya menebak-nebak saja letak kamar kekasihnya itu. Memang Ia sedikit bodoh.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan dari pintu kamar Ale. “Iya, masuk aja!” seru Ale. Kekasihnya sudah datang untuk merawatnya malam ini. Ia melihat Jian dengan pakaian simple, namun tetap terlihat tampan. “Aku bawa bubur, mau?” tanya Jian, sembari mengambil kursi untuk duduk dekat kasur Ale.
“Nggak mau,”
“Harus dong, biar habis itu minum obat. Oke?”
“Maunya cuddle,”
Ale memajukan bibirnya seperti anak kecil yang sedang merajuk. “Pasti kok, tapi makan dulu ya? Kamu pucet gitu, harus makan terus minum obat. Biar cepet sembuh,” ucap Jian dengan suara yang lembut. “Yaudah, cepet,” celetuk Ale. Ia merasa kesal karena permintaannya tidak dikabulkan begitu saja.
Kekasihnya membuka wadah bubur tersebut, lalu mengaduknya dan meniupnya supaya tidak terlalu panas. “Nih, coba aaaa~” ucap Jian seraya mendekatkan sendok berisi bubur. Ale membuka mulutnya dan makanan itu pun masuk ke dalam mulutnya.
“Kamu jangan lupa banyakin istirahat ya? Makan sama minum perlu juga, jangan sampai nggak. Badan kamu panas gitu soalnya,” ucap Jian dengan khawatir. Ale hanya mengangguk nurut dan membuka mulutnya lagi untuk disuapi bubur.
Sampai akhirnya bubur itu habis setengah, Ale sudah merasa kenyang. Jian hanya meng-iyakan saja, karena Ia tahu bahwa kalau sedang sakit, nafsu untuk makan pasti menurun. Jian membereskan semuanya dan mengambil obat serta botol berisi air putih. “Bisa minum obatnya?” goda Jian. “Bisalah! Aku bukan anak kecil,” ucap Ale.
“Tapi kamu mirip anak kecil buat aku, gemes,”
“Terserah kamu,”
Lalu, Ale meneguk obat tablet dengan air putihnya secara bersamaan. Jian tersenyum secara tidak sadar saat melihat kekasihnya nurut seperti ini. “Udah?” tanya Jian. “Udah. Ayo, aku mau cuddle!” seru Ale. Lelaki yang lebih tinggi itu tertawa kecil karena tingkah kekasihnya yang menggemaskan itu.
Ale menggeser sedikit supaya Jian dapat duduk di sebelahnya. Ia sangat rindu dengan kekasihnya yang agak menyebalkan itu.
“Sini senderan,” ucap Jian, membuka lebar lengannya. Ale menyender di dada Jian dan menarik selimutnya. Jian memeluk tubuh Ale yang mungil dan tersenyum kecil. Ia mengelus-elus rambut Ale; supaya dapat membuatnya lebih nyaman dan hangat. “Jian,” panggilnya. “Hm? Kenapa sayang?” tanya Jian sembari menunduk, melihat kekasihnya.
Ale mengangkat wajahnya untuk melihat Jian. “Coba nyanyi, aku mau denger,” pintanya. “Pleaseeee?“
Jiandra akhirnya mengalah dan tersenyum. Ia mengusap surai kekasihnya dan mulai bernyanyi sedikit untuknya. Lagian, bagaimana Ia bisa bertahan melihat wajah kekasihnya yang menggemaskan itu coba?
Then you smiled over your shoulder For a minute, I was stone-cold sober I pulled you closer to my chest And you asked me to stay over I said, I already told ya I think that you should get some rest
Saat mendengar lagu yang dinyanyikan Jian, akhirnya Ale ikut bernyanyu dengannya.
I knew I loved you then But you'd never know 'Cause I played it cool when I was scared of letting go I know I needed you But I never showed But I wanna stay with you until we're grey and old
Just say you won't let go Just say you won't let go..
Keduanya saling bertatapan dan tertawa kecil. Mereka saling mencintai, tak kekurangan apapun; selagi mereka saling memiliki. “Ale,” panggil Jian. “Apa?” tanya Ale. “Aku sayang kamu,” ucap Jian sembari mengusap-usap pipi kekasihnya. “Aku sayang kamu juga, hehe,” balas Ale, tersenyum.
“Can you stay here with me?“
“Of course. I'll always stay by your side, Ale. Sekarang tidur ya?”
“Iya, good night.“
“Good night too, cutie.“
Terakhir, Jiandra mengecup pucuk kepala Ale sebelum tertidur lelap.
written by kalacaffe.