you and i.
TW // harsh words.
Hari telah menjadi gelap dan jam dinding menjukkan pukul tujuh malam. Jiandra masih merasa sedikit kesakitan akibat perkelahian tadi dengan Jendra di sekolah. Untungnya, Ale sudah mengobati semua luka itu.
“Duh, anjir.. gua ngga sabar,” ucapnya pada diri sendiri, berjalan kesana kemari seperti orang aneh. Ia merasa begitu tidak sabar untuk memeluk tubuh mungil Ale, dan yang pasti dipeluk balik olehnya.
Tok! Tok! Tok!
Bunyi ketukan pintu dari luar kamar Jian terdengar jelas. “Masuk aja!” sahut Jian.
Orang yang Ia tunggu-tunggu akhirnya datang dan sudah berdiri di hadapannya. “Maaf gue agak lama, soalnya—” kata-kata Ale terpotong. Jian langsung nemeluknya dengan erat, kepalanya bersandar di bahu Ale, sangat pas. Seperti tempat senderan yang sudah ditakdirkan untuk Jian.
“Jian, are you okay?” Tanya Ale. Sudah sepuluh detik tidak ada jawaban satu pun keluar dari mulut Jian. Tiba-tiba terdengar isakan tangisan, yang sepertinya berasal dari Jiandra. Ale akhirnya paham, dan langsung memeluknya balik sembari menepuk-nepuk punggungnya pelan.
Mau bagaimanapun, Jian tetaplah seorang manusia biasa. Sekuat apapun dia, setegar apapun dia, dan seberapa banyak masalah yang Ia lewati, pasti ada saatnya Ia butuh tempat untuk bersandar dan beristirahat. Dirinya sudah merasa sangat lelah, karena semesta sudah terlalu banyak bercanda terhadap hidup Jian.
Beberapa menit telah lewat dan Jian sudah merasa lebih tenang. Sekarang posisi mereka hanya berdiri dan saling berhadapan. Jian masih menunduk, mencoba untuk menghapus sisa-sisa air mata.
“Jian,”
“Iya?”
“Wanna cuddle?“
Jiandra langsung mengangguk dengan rasa senang. Ale berjalan ke kasur milik Jian dan duduk, “Sini cepet.” perintahnya. Ia mendekatkan dirinya pada Ale, dan menaruh kepala di atas paha Ale. Tangan lelaki yang berukuran lebih kecil itu mengusap-usap rambut Jian sembari tersenyum kecil.
Seketika tangan besar Jian menggapai tangan milik Ale dan menggenggamnya. Ia terkekeh, “Tangan lo kecil banget, gemes.”
“Biarin,”
“Iya, biarin aja. Soalnya udah pas di tangan gua buat gua genggam,”
Kupu-kupu itu muncul lagi di perut Ale dan jantungnya berdegup kencang. Entah mengapa, Ia selalu merasakan ini ketika bersama Jiandra. Demi Tuhan! Ale bisa gila lagi sekarang. “Le,” panggil Jian seraya menatap wajah Ale.
“Kenapa?”
“I wanna spend more time with you, Ale. Just you and I.“
— KALACAFFE