youth is ours.

CW // harsh words.

Dua hari kemudian..

Tepat saat jam 9 pagi pada hari Senin, Jian sudah bersiap-siap menggunakan baju untuk pergi. Ia sudah berada di depan kaca, merapikan rambutnya dan pakaiannya kembali.

Saat melihat jam, Ia baru teringat harus menjemput Ale juga. Kemarin, Ale sempat meneleponnya untuk meminta tolong menjemputnya ke Ancol juga. Bisa dikatakan, Ia nebeng.

Ia langsung membawa tas-nya berisi barang-barang yang sudah disiapkan dua hari yang lalu bersama Ale, dan turun ke bawah untuk berangkat.

“Bunda, Jian pamit ya!” sahut Jian. “Iya sayang, hati-hati! Jangan lupa have fun!” sahut Bundanya kembali. Jian langsung mengendarai mobilnya ke arah rumah Ale untuk menjemputnya terlebih dahulu.

Begitu Ia sampai, Ale langsung masuk ke dalam mobil. “Udah siap?” tanya Jian. “Hu'um, udah,” jawab Ale. “Eh tunggu..” Tubuh Jian mendekat, membuat Ale merasakan kupu-kupu aneh itu kembali. Padahal, Jian hanya membantunya memasang seatbelt.

“Dah, ayo berangkat!”

Jian langsung menjalankan mobilnya—ralat, mobil kakaknya—hingga sampai ke tujuan. Untungnya hari ini tidak ada kemacetan di jalan, membuat perjalanan Jian dan Ale semakin mudah.

Sesampainya di Ancol, Ia memarkirkan mobilnya terlebih dahulu sebelum turun. Di depan pintu masuk, Ia sudah melihat beberapa sahabatnya di situ. Baru ada Jendra, Alen dan Haidan. Entah yang lainnya di mana.

“Oitttt!” sahut Haidan dari kejauhan. Jian dan Ale berjalan ke arah mereka sembari tersenyum dengan rasa antusias. “Oit! Si Juna sama Kak Mahesa belum sampai?” tanya Jian. “Belum, lagi balapan melewati gunung kali,” ucap Haidan. “Dasar blegug,” celetuk Jendra.

Mereka menunggu yang lainnya sembari mengambil tiket masuk—yang sudah dipesan melalui online.

Setelah beberapa menit, tampaklah seorang laki-laki yang berjalan ke arah mereka. “Siapa tuh?” tanya Alen. “Nggak tau gua, nggak keliatan anjir,” balas Jendra.

“WOYYY! GUE MENANG BANGSAT!” teriak Arjuna sembari berlari-lari ke arah mereka.

Semuanya tertawa kencang saat melihat Arjuna yang terlihat begitu semangat. Benar, Arjuna menenangi taruhan itu dengan adil. Tidak lama kemudian, Mahesa muncul di hadapan mereka sebagai peringkat terakhir.

“Lo semua nggak ada adab ye!” celetuk Mahesa. “Hahaha, yok masuk. Udah pada ambil tiketnya kan?” tanya Jendra. Mereka mengangguk sebagai jawaban. “Oke, let's gooooo!

Saat memasuki area waterboom, Juna mendapatkan 50 ribu dari Mahesa karena Ia menang. Ia terlihat senang sekali, hingga para anggota menggodanya.

Mereka berjalan ke area kolam renang yang dalam dan besar itu, karena ingin melakukan aksi melompat ke dalam air. Sudah seperti rekan anggota sirkus saja.

“Siapa duluan yang lompat nih?” tanya Haidan. “Gua!” seru Jian. Ia berlari ke arah kolam dan melompat ke dalamnya. Menimbulkan cipratan air yang luar biasa. “Sekarang gua ya!” seru Jendra, melakukan aksi yang sama dengan Jian.

Satu persatu melompat ke dalam kolam renang tersebut, kecuali Mahesa dan Alen. Kalau Alen, Ia tidak ingin ikut-ikutan karena tujuannya adalah bersantai—sembari menjaga barang-barang teman-temannya. Kalau Mahesa.. Ia bernyanyi di depan orang-orang tidak dikenal, seperti hukumannya.

“Oy Juna!” panggil Jian.

“Apaan?”

“Itu si Kak Mahesa udahan aja kali?”

“Iya dah, suruh kesini aja!”

Mereka memanggil Mahesa untuk kembali ke area kolam setelah melakukan hukumannya. Semuanya tertawa, Mahesa pun juga menertawai dirinya. Ia akhirnya ikut melompat ke dalam kolam, membasahi area kolam itu lebih lagi.

Saat sore hari..

Para lelaki itu akhirnya beristirahat di pinggir kolam, menikmati sunset yang indah. Mereka berbincang-bincang tentang sekolah maupun kehidupan, bercanda, tertawa berbahak-bahak dan menjadi sahabat.

Jian yang duduk di samping Ale, Ia menggenggam tangannya dan tersenyum. “Gimana? Happy?” tanya Jian. Ale mengangguk, “Iya, banget.”

Ia mengusap-usap rambut Ale dengan lembut dan tetap tersenyum. “Lo pada habis ini pada mau ngapain?” tanya Arjuna.

“Gua sih pulang, mau nemenin Bunda,” jawab Jendra. “Kalau gua.. palingan ke warkop bentar,” sambung Mahesa. “Elu?” tanya Arjuna kepada Jiandra. “Gua? Gua palingan ya.. pulang, atau pergi bentar sama Ale,” jawab Jiandra.

“Pacaran terossss!” seru mereka semua. “Hahaha, maaf bros, jangan iri dengki,” ucap Jian, hanya bercanda.

Hari ini sungguh hari yang indah dan menyenangkan. Setelah semua masalah yang mereka hadapi selama ini, akhirnya mereka dapat beristirahat sejenak dan menampilkan senyuman mereka yang berharga.

— KALACAFFE