until i found you.
CW // kissing, slight harsh words.
Cermin itu memantulkan bayangannya. Jas setelan hitam yang begitu rapi—membuat Jian semakin tampan—dan mungkin dapat membuat para tamu yang wanita terpukau dengan tampilannya. Sang MUA pun menepuk-nepukkan sedikit bedak pada wajahnya. Ia juga mengoleskan sedikit pelembap bibir supaya bibir Jian tidak terlihat kering.
Tak lupa dengan rambutnya yang sudah tertata rapi; membuat tampilannya lebih sempurna. Ia bahkan memakai dasi kupu-kupu yang menyempurnakan kerah lehernya. Jiandra terlihat berkali lipat lebih tampan dan tegas. “Oke! Sudah selesai!” seru si Mbak MUA. Bundanya memasuki ruangan Jian dan tersenyum melihat anaknya yang terlihat sudah begitu dewasa.
“Bunda! Jian udah kelihatan keren 'kan?” tanya Jian. Bunda mengangguk. “Anak bunda memang paling keren! Tuh, ada abang kamu juga di sini,” ucap Bunda. Abang Juan—seseorang yang selalu bermain dengan Jian dari kecil—kini tengah berdiri memandangi Jian dengan penuh rasa bangga dan terharu. “Duh, adik gua udah mau nikah aja ... jadi terharu nih gua,” ujar Juan, lalu ia menepuk-nepuk bahu Jian.
Jian tersenyum malu karena ucapan abangnya. “Yaelah, entar lo juga bakal nyusul,” timpal Jian. “Aminnn,” balas Juan. Kemudian keduanya tertawa renyah. “Si Ale gimana? Lo udah lihat dia?” tanya Jian dengan penuh rasa penasaran. “Udah, tadi gua mampir sebentar sekalian salaman sama orangtuanya,” jawab Juan.
“Terus?”
“Yaa ... dia kelihatan bagus? M-maksud gua, pokoknya kelihatan cocok dah sama lo.”
“Asik! Gua jadi nggak sabar ketemu dia tau.”
Di tengah-tengah percakapan, tiba-tiba sudah ada orang yang menyuruh Jian untuk standby di panggung. Ia dengan kedua anggota keluarganya pun pergi ke area acara pernikahan itu dilaksanakan. Jantung Jian berdebar-debar begitu cepat, bahkan nafasnya sampai tidak teratur akibat gugup.
Abangnya mengetahui hal itu, dan ia langsung menghampiri Jian. “Lo bakal baik-baik aja kok, tenang aja Ji,” ucap Juan, berusaha menenangkan adiknya. “Hahaha iya, thank you bang,” balas Jian dengan senyuman tipis. Jian berjalan ke arah tangga panggung dan menunggu di situ sampai ia mendapatkan kode untuk naik ke atas.
Di sisi lain, Ale masih berada di dalam ruang tunggunya. Jas setelah hitam dengan rambut yang sengaja dibuat tampak keriting—membuatnya lebih menggemaskan—dan pastinya Jian akan tambah jatuh cinta dengannya. MUA yang sedang melakukan touch up terakhir pada Ale pun menahan rasa ingin teriak karena Ale terlalu menggemaskan.
“Akhirnya udah selesai aja nih! Coba dilihat,” ucap MUA itu. Ale melihat dirinya di pantulan cermin. “Woah ... ini aku?” Ale sampai tidak percaya kalau itu adalah dirinya sendiri. Ia terlihat berbeda dari hari-hari sebelumnya. “Iya dong sayyy, masa badarawuruhi, nanti yang dateng pada kabur dong,” candanya, membuat Ale tertawa. “Ahahaha, bener juga. Makasih ya Kak,” ucap Ale sembari tersenyum ramah.
Mama dan Papanya Ale pun kembali memasuki ruangan itu. Mereka berdua langsung tersenyum begitu melihat paras anaknya yang terlihat jauh berbeda. “Ale sayang ... you look so cool!” puji Mamanya. “I agree with your mom,” timpal Papanya. Tanpa lama lagi, Ale langsung memeluk keduanya sebagai tanda terima kasih karena sudah selalu ada di sisinya hingga dewasa kini.
“Jangan nangis dong sayang,” ucap Mamanya sembari mengusap-usap pipi Ale. “Kasihan loh Kakak MUA-nya tuh,” lanjutnya. Ale tersenyum dan berusaha menarik dirinya kembali. “Iya Mama, thank you,” ucap Ale.
Pemandangan sore ini terlihat indah. Ada pantai di seberang sana dan juga terlihat sebuah sunset yang melengkapi semuanya. Berbagai macam lampu-lampu lucu digantung pada tiang-tiang sekitar situ. Para tamu-tamu pun sudah datang semuanya dan menunggu acara pernikahan ini untuk mulai.
Semuanya membuat Jian merasa campur aduk. Hingga teman-teman jahilnya menghampiri Jian. “Oy bontot!” seru Haidan. Satu persatu teman-temannya mendekati dirinya. Tanpa sadar, kedua sudut bibir Jian perlahan terangkat. “Widihh, udah mau jadi suami orang aja lo,” ledek Jendra. “Yaelah, lagian nanti lo nyusul sama Alen hahaha,” balas Jian, membuat Alen menunduk malu dan terkekeh kecil.
“Si Ale di mana Ji?” tanya Arjuna. “Nanti jalan lewat tengah situ,” jawab Jian sembari menunjukkan jalannya. Arjuna mengangguk paham dan kemudian meminum coke yang ia bawa bersamanya. “Eh bang Mahesa di mana dah? Gua kagak lihat dari tadi,” tanya Jian. Mereka semua celingak-celinguk untuk mencari keberadaan Mahesa. “Nggak tau, Ji. Palingan nanti muncul,” ucap Alen.
Waktu terus bergerak maju ketika mereka berbincang-bincang, hingga memakan waktu yang menghantarkan Jiandra pada mulainya acara pernikahannya dengan Ale. Teman-temannya kembali pada tempat duduk masing-masing dan meninggalkan Jian yang sudah siap untuk naik ke atas panggung. Namun sebelum itu, ada sebuah projector yang menyala dan menampilkan foto-foto serta videonya dengan Ale pada masa SMA dahulu.
Ada beberapa yang diambil oleh teman-temannya.
Lagu “Kiss You” oleh One Direction akhirnya selesai. Namun ternyata, masih ada penampilan tambahan dari salah satu anggota mereka. Yaitu.. Jiandra. Semua lampu tiba-tiba mati, membuat para penonton bingung.
Lalu, saat menyala kembali, hanya terlihat Jiandra di tengah-tengah panggung sembari membawa gitar akustik. “Gua disini mau menyatakan perasaan gua ke seseorang melalui lagu ini, semoga kalian suka! Terutama ke orang yang gua cinta dari dulu.”
Jian tertawa kecil saat menonton dirinya itu. Ia merasa seperti sedang mengalami flashback yang sedikit memalukan baginya.
Setelah selesai bernyanyi, Jian memegang mikrofonnya dan berkata, “Gua nyanyi lagu ini untuk seseorang yang bernama Kalileo Mahreja Putra. Dan Ale, nggak usah lama lagi... will you be mine?” Boom! Momen yang telah ditunggu-tunggu akhirnya datang.
Air mata mengalir terus-menerus dari mata Ale. Ia tidak pernah merasa sebahagia ini dalam seumur hidupnya. “YES!” teriak Ale sebagai jawaban. Semua penonton bersorak-sorak untuk pasangan baru di sekolah ini. Jian tersenyum sangat lebar. Ia sesaat melihat teman-temannya yang ikut berbahagia juga.
Video itu pun selesai dan seorang MC menaiki panggung. “Kita sudah melihat sedikit kilasan memori Jian dan Ale saat mereka masih sekolah dulu. Perjuangan Jian yang keras itu akhirnya membuahkan sebuah hasil. Dia berhasil meluluhkan hati Ale dan menjadikannya sebagai miliknya. Sekarang, kita akan menyaksikan pernikahan mereka. Mari saudara Jian menaiki panggung,” ucap sang MC.
Jian menaiki panggung—yang tidak terlalu tinggi itu—dengan jantung yang berlipat kali berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia berusaha untuk tetap tenang walaupun ada ratusan tamu yang sedang melihat dirinya. “Dan ini dia ... Kalileo Mahreja Putra!” seru sang MC. Pemain piano yang berada di belakang, langsung memainkan lagu 'A Thousand Years' oleh Christina Perri dengan pianonya.
Pintu besar dan tinggi itu pun terbuka lebar. Kalileo, berjalan perlahan dengan sang Mama yang berada di sisinya. Jangan lupakan anak-anak yang menaburi kelopak-kelopak bunga di depannya. Semua tamu bertepuk tangan begitu melihat Kalileo. Jian, yang berada di atas panggung itu tersenyum lebar. Ia sangat terpesona dengan paras Kalileo yang begitu indah di matanya. Selalu indah.
Ale pun menaiki panggung dari sisi kiri karena Jian melalui sisi kanan. Ia kini berhadapan dengan Jian. “Cantik,” puji Jian dengan bisikan. Ale tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa ia sangat bahagia hari ini. Senyumannya juga tidak bisa pudar begitu melihat Jian.
Ale mengambil satu cincin itu dan memakaikannya pada Jian. Sebaliknya pun juga. Hingga keduanya menyatakan bahwa mereka berjanji untuk saling menjagai dan mencintai seumur hidup.
“CIUMAN WOY CIUMAN!”
“WOOHOOOO! AYO CIUMAN!”
“ANJAY JIANDRA KALE NIKAHAN COYYY!”
“PIPIPIP JADI SUAMI! AZEK AZEK JOS!”
Keduanya tertawa mendengar seruan teman-teman Jian yang sangat heboh. Namun tanpa memakan waktu lagi, Jian mendekatkan Ale kepada dirinya dan mempertemukan kedua belah bibir mereka. Ciuman itu sangat lembut. Ale sangat menyukainya. Sampai pada suatu saat, Ale menepuk-nepuk dada Jian karena ia kehabisan nafas.
Jian pun melepaskan tautan mereka dan terkekeh kecil. Ia juga memberikan ciuman pada kening Ale, yang membuat teman-temannya lebih berisik dan heboh sampai disuruh tenang oleh petugasnya. Terutama Haidan, paling rusuh di antara mereka.
“Kalileo, I love you so much.“
“I love you more, Jiandra. And I'll always do.“
Lalu, ada sebuah kembang api yang dinyalakan dan membuat suasana menjadi menyenangkan. Kedua mempelai itu melihat ke atas langit yang diwarnai oleh kembang-kembang api tersebut. “Indah banget ya? Tapi nggak se-indah kamu,” puji Jian yang membuat Ale bergidik geli. “Baru nikah aja udah gombal, hadeh ...” balas Ale.
“SATU! DUA! TUAGAPAT!”
Band Revaleaz—tanpa Jian—memainkan lagu 'Tujuh Belas' oleh Tulus. Mereka memilih lagu ini sebagai tanda bahwa mereka menikmati masa-masa mereka muda dan sekolah dulu. Jian tersenyum melihat teman-temannya tampil untuk acara pernikahannya ini. Ale juga ikut tersenyum, dengan tangannya yang masih digenggam oleh Jian.
Tamu yang tadi dicari-cari oleh Jian pun akhirnya muncul. Mahesa, seseorang dulu sempat menjadi musuhnya dan kini mereka menjadi teman yang dekat. Tak jauh beda status pertemanannya dengan Revaleaz. “Jian, Ale!” panggilnya. Kemudian ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman. “Congrats ya untuk kalian berdua!” seru Mahesa. “Hahaha iya bang, makasih. By the way, lo baru dateng ya?”
“Iya, tadi gua ketinggalan pesawat. Untungnya masih ada jam berikutnya.”
“Syukur dah kalau gitu.”
“Hahaha bener Ji. Oh iya, gua mau ngambil es krim dulu ya di sana.”
“Yoi, makasih udah dateng bang.”
“Sama-sama Ji. See you guys in a bit!“
Ale melihat-lihat sekitarnya karena ia bingung ingin berbuat apa lagi. Jian menoleh dan menatap Ale. “Kamu capek ya?” tanya Jian dengan rasa khawatir. “Nggak kok, aku cuman bingung aja mau ngapain lagi. Lagian aku nggak terlalu kenal sama orang-orang yang ada di sini, hehehe,” jawab Ale. “Aku juga sih, hahaha. Yaudah kita ketemuan sama Bunda dulu aja, baru habis itu ketemuan sama Mama Papa kamu. Gimana?” Lalu dibalas oleh anggukan Ale.
Keduanya pun saling berbincang dengan orangtua masing-masing. Tak hanya anaknya yang bahagia hari ini, orangtuanya juga sama. Mereka bahagia ketika melihat anak-anak mereka bahagia. Sesuatu yang sederhana, namun tidak semua orang mendapatkan orangtua yang seperti itu.
Dan akhirnya, Jiandra dan Kalileo hidup dengan bahagia.
Hidup kita memang seperti roller-coaster yang selalu naik dan turun. Banyak hal yang tidak bisa kita prediksi. Dan tentunya, hidup itu bukan seperti cerita-cerita dongeng yang selalu berjalan mulus atau sesuai ekspetasi kita. Terkadang, kita perlu berjuang dan bersabar supaya kita dapat mendapatkan apa yang kita inginkan.
Jian, yang selalu berjuang untuk mendapatkan Ale seutuhnya. Ia tidak pernah menyerah sampai ia dapat. Lalu Ale, seseorang yang sangat kuat menghadapi segala rintangan yang datang ke dalam kehidupannya. Keduanya bertemu di satu titik, di mana mereka tidak tahu bahwa mereka saling jatuh cinta. Jian jatuh terlebih dulu, namun Ale jatuh lebih dalam. Inilah akhir dari cerita mereka. Happy wedding, Jiandra and Kalileo.
Selesai.
written by kalacaffe.